TUGAS PELAJARAN EKONOMI
MEMBUAT MAKALAH TENTANG
EKONOMI
Nama
: SAMAN HACKER
Kelas
: X E
Pelajaran : Ekonomi
Kata Pengantar
Puji syukur, saya panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena kami telah rahmat dan pertolonganNya, saya dapat membuat
makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat memberikan dampak baik bagi saya. AMIN.
Di sini saya akan membahas mengenai pentingnya
ilmu ekonomi atau sejarah ekonomi.
Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lengkap
dan mendetail mengenai ilmu ekonomi, Mengenai betapa pentingnya, tujuan dan
hasil-hasil yang akan kita dapatkan dari pembuatan makalah ekonomi ini.
Semoga setiap kata dan tulisan yang ada dalam
makalah ini dapat memberi kontribusi yang nyata untuk membawa kehidupan kita
bersama ke arah yang lebih baik.
Nanga bulik 2012
Adi
pratama
Penyusun
DAFTAR ISI
Ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara
kebutuhan manusia yang
tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Permasalahan tersebut kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity).
Kata
"ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang
berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau
"peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah
tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud
dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan
data dalam bekerja.
Secara umum, subyek
dalam ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi vs makroekonomi.
Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi positif (deskriptif) vs
normatif, mainstream vs heterodox, dan lainnya. Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu
terapan dalam manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga
dapat digunakan dalam bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian
perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik, kesehatan,pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal
ini dimungkinkan karena pada dasarnya ekonomi — seperti yang telah disebutkan
di atas — adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia. Banyak teori yang dipelajari dalam
ilmu ekonomi diantaranya adalah teori pasar bebas, teori lingkaran ekonomi, invisble hand, informatic economy, daya tahan ekonomi, merkantilisme,briton woods, dan sebagainya.
Ada sebuah
peningkatan trend untuk mengaplikasikan ide dan metode ekonomi dalam konteks
yang lebih luas. Fokus analisis ekonomi adalah "pembuatan keputusan"
dalam berbagai bidang dimana orang dihadapi pada pilihan-pilihan. misalnya
bidang pendidikan, pernikahan,kesehatan, hukum, kriminal, perang, dan agama. Gary Becker dari University of Chicagoadalah seorang
perintis trend ini. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa ekonomi
seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi sebaiknya
ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia. Pendapatnya
ini kadang-kadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh beberapa kritikus.
Banyak ahli ekonomi mainstream merasa bahwa
kombinasi antara teori dengan data yang ada sudah cukup untuk membuat kita
mengerti fenomena yang ada di dunia. Ilmu ekonomi akan mengalami perubahan
besar dalam ide, konsep, dan metodenya; walaupun menurut pendapat kritikus,
kadang-kadang perubahan tersebut malah merusak konsep yang benar sehingga tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini menimbulkan pertanyaan "apa
seharusnya dilakukan para ahli ekonomi?" The traditional Chicago School,
with its emphasis on economics being an empirical science aimed at explaining
real-world phenomena, has insisted on the powerfulness of price theory as the
tool of analysis. On the other hand, some economic theorists have formed the
view that a consistent economic theory may be useful even if at present no real
world economy bears out its prediction.
Adam Smith sering disebut
sebagai yang pertama mengembangkan ilmu ekonomi pada abad 18 sebagai satu
cabang tersendiri dalam ilmu pengetahuan. Melalui karya besarnya Wealth of Nations, Smith mencoba
mencari tahu sejarah perkembangan negara-negara di Eropa. Sebagai seorang ekonom, Smith tidak melupakan akar moralitasnya terutama
yang tertuang dalam The Theory of Moral Sentiments. Perkembangan
sejarah pemikiran ekonomi kemudian berlanjut dengan menghasilkan tokoh-tokoh
seperti Alfred Marshall, J.M. Keynes, Karl Marx, hingga peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi
tahun 2006, Edmund Phelps.
Secara garis besar,
perkembangan aliran pemikiran dalam ilmu ekonomi diawali oleh apa yang disebut
sebagai aliran klasik.
Aliran yang terutama dipelopori oleh Adam Smith ini menekankan adanya invisible hand dalam mengatur pembagian sumber daya, dan oleh karenanya peran pemerintah menjadi sangat
dibatasi karena akan mengganggu proses ini. Konsep invisble hand ini kemudian direpresentasikan sebagai mekanisme pasar melalui harga
sebagai instrumen utamanya.
Aliran klasik
mengalami kegagalannya setelah terjadi Depresi Besar tahun 1930-an yang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap gejolak di
pasar saham. Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan
teori dalam bukunya General Theory of Employment, Interest, and Money yang
menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan keseimbangan, dan karena
itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi sumber daya mencapai
sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling "bertarung" dalam dunia
ilmu ekonomi dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: new classical, neo klasik, new keynesian, monetarist,
dan lain sebagainya.
Namun perkembangan
dalam pemikiran ini juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan
kelas dari Karl Marxdan Friedrich Engels, serta aliran institusional yang pertama dikembangkan oleh Thorstein Veblen dkk dan kemudian oleh peraih nobel Douglass C. North.
Sering disebut
sebagai The queen of social sciences, ilmu ekonomi telah mengembangkan serangkaian metode
kuantitatif untuk menganalisis fenomena ekonomi. Jan Tinbergen pada masa setelah Perang Dunia II merupakan salah
satu pelopor utama ilmu ekonometri, yang mengkombinasikan matematika, statistik, dan teori ekonomi. Kubu lain dari
metode kuantitatif dalam ilmu ekonomi adalah model General equilibrium (keseimbangan umum), yang menggunakan
konsep aliran uang dalam masyarakat, dari satu agen ekonomi ke agen yang lain.
Dua metode kuantitatif ini kemudian berkembang pesat hingga hampir semua
makalah ekonomi sekarang menggunakan salah satu dari keduanya dalam
analisisnya. Di lain pihak, metode kualitatif juga sama berkembangnya terutama
didorong oleh keterbatasan metode kuantitatif dalam menjelaskan perilaku agen
yang berubah-ubah.
Ekonomi
Indonesia
|
|
Mata uang
|
|
Tahun fiskal
|
Tahun
kalender
|
Organisasi perdagangan
|
|
PDB
|
|
Pertumbuhan PDB
|
|
PDB per kapita
|
|
PDB berdasarkan sektor
|
|
Tenaga kerja
|
|
Tenaga kerja berdasarkan pekerjaan
|
|
Industri utama
|
minyak
bumi dan gas alam; tekstil, perlengkapan, dan sepatu; pertambangan, semen,
pupuk kimia,plywood; karet; makanan; pariwisata
|
Ekspor
|
|
Komoditi utama
|
|
Mitra dagang
|
|
Impor
|
|
Komoditi utama
|
mesin
dan peralatan; kimia, bahan bakar, makanan
|
Mitra dagang
|
Jepang 13%,Singapura 12,8%,Cina 9,1%, Amerika Serikat 8,3%,Thailand 5,2%,Australia 5,1%,Korea Selatan 4,7%,Arab Saudi 4,6% (2003)
|
Utang pemerintah
|
$454.3
milyar (56.2% dari GDP)
|
Pendapatan
|
|
Belanja
|
|
Bantuan ekonomi
|
|
Indonesia memiliki ekonomi
berbasis-pasar di mana pemerintah memainkan peranan penting. Pemerintah
memiliki lebih dari 164 BUMN dan menetapkan harga beberapa barang pokok, termasuk bahan
bakar, beras, dan listrik. Setelah krisis finansial Asiayang dimulai pada
pertengahan 1997, pemerintah menjaga banyak porsi dari asetsektor swasta melalui
pengambilalihan pinjaman
bank tak berjalan dan asset perusahaan
melalui proses penstrukturan hutang.
Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat
buruk, antara lain disebabkan oleh :
§ Inflasi yang sangat tinggi
Disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara
tidak terkendali. Pada saat itu diperkirakan mata uang Jepang yang beredar di
masyarakat sebesar 4 milyar. Dari jumlah tersebut, yang beredar di Jawa saja,
diperkirakan sebesar 1,6 milyar. Jumlah itu kemudian bertambah ketika pasukan
Sekutu berhasil menduduki beberapa kota besar di Indonesia dan menguasai
bank-bank.
Dari bank-bank itu Sekutu mengedarkan uang cadangan sebesar
2,3 milyar untuk keperluan operasi mereka. Kelompok masyarakat yang paling
menderita akibat inflasi ini adalah petani. Hal itu disebabkan pada zaman
pendudukan Jepang petani adalah produsen yang paling banyak menyimpan mata-uang
Jepang. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga
mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De
Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia
Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada
tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied
Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya
uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga
mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang.
Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi
kenaikan tingkat harga.
Pada saat kesulitan ekonomi menghimpit bangsa Indonesia,
tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI yang
baru, Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang diduduki Sekutu. Uang NICA ini dimaksudkan sebagai pengganti
uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun. Pemerintah melalui Perdana
Menteri Syahrir memproses tindakan tersebut. Karena hal itu berarti pihak
Sekutu telah melanggar persetujuan yang telah disepakati, yakni selama belum ada
penyelesaian politik mengenai status Indonesia, tidak akan ada mata uang baru.
Oleh karena itulah pada bulan Oktober 1946 Pemerintah RI, juga melakukan hal yang sama yaitu
mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang. Untuk melaksanakan
koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan, pemerintah membentuk
Bank Negara Indonesia pada tanggal 1
November 1946. Bank Negara ini
semula adalah Yayasan Pusat Bank yang didirikan pada bulan Juli 1946 dan
dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank negara ini bertugas
mengatur nilai tukar ORI dengan valuta
asing.
§ Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945
untuk menutup pintu perdagangan luar negri RI.
Blokade laut ini dimulai pada bulan November 1945 ini,
menutup pintu keluar-masuk perdagangan RI. Adapun alasan pemerintah Belanda
melakukan blokade ini adalah:
1.
Untuk mencegah dimasukkannya senjata dan
peralatan militer ke Indonesia;
2.
Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil
perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya;
3.
Melindungi bangsa Indonesia dari
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang bukan Indonesia.
§ Kas
negara kosong.
§ Eksploitasi
besar-besaran di masa penjajahan.
§ Tanah
pertanian rusak
1.
Tenaga kerja dijadikan romusha
2.
Tanah pertanian ditanami tanaman keras
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :
§ Program
Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
§ Upaya
menembus blokade dengan diplomasi beras ke India seberat 500000 ton, mangadakan kontak dengan perusahaan
swasta Amerika, dan menembus
blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
§ Konferensi
ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam
menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah
produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi
perkebunan-perkebunan.
§ Rekonstruksi
dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 yaitu mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke
bidang-bidang produktif.
§ Pada
tanggal 19
Januari 1947 dibentuk Planing
Board (badan perancang
ekonomi yang bertugas untuk membuat rencana pembangunan ekonomi jangka waktu 2
sampai tiga tahun). Kemudian IJ
Kasimo sebagai menteri Persediaan
Makanan Rakyat menghasilkan rencana produksi lima tahun yang dikenal dengan
nama Kasimo Plan, yang isinya
1.
Memperbanyak kebun bibit dan padi unggul
2.
Pencegahan penyembelihan hewan pertanian
3.
Penanaman kembali tanah kosong
4.
Pemindahan penduduk (transmigrasi) 20
juta jiwa dari Jawa ke Sumatera dalam jangka waktu 1-15 tahun.
Demokrasi Terpimpin
Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan yang menghadangnya
cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah sebagai
berikut.
Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering).
Caranya memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya
tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950
berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal19
Maret 1950. Tujuannya untuk
menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki
uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan
kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan pemerintah mendapat
kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar Rp. 200
juta.
Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah
Republik Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang
dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Djojohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah
struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan
ekonomi Indonesia). Programnya adalah:
§ Menumbuhkan
kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
§ Para
pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
§ Para
pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan
kredit.
§ Para
pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir
dan Program Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun
(1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan
kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan
baik meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini
disebabkan karena :
§ Para
pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal.
§ Para
pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
§ Para
pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
§ Para
pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
§ Para
pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup
mewah.
§ Para
pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari
kredit yang mereka peroleh.
Dampaknya adalah program ini menjadi salah satu sumber
defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar
rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar
rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit
khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah
sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat
menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.
Nasionalisasi De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian
kredit harus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah
dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter. Tujuannya adalah untuk
menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan penghematan
secara drastis. Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia sebagai bank sentral dan bank sirkulasi
diumumkan pada tanggal 15
Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24
tahun 1951.