PERADABAN LEMBAH SUNGAI SHINDU DAN
SUNGAI GANGGA
1. Keadaan geografis
Daerah India merupakan suatu jazirah benua Asia yang disebut dengan anak
benua.
Disebelah utara daerah India terbentang pegunungan Himalaya yang menjadi
pemisah antara india dan daerah-daerah lain di Asia.
Antara pegunungan Himalaya dan Hindu Kush terdapat celah Kaiber. Celah
kaiber inilah yang dilalui masyarakat India untuk melakukan aktivitashubugan
dengan daerah-daerah lain di Asia.
Melalui celah itu bangsa-bangsa lain memasuki wilayah India seperti bangsa Aria, Laskar Cyrus Agung, Iskandar Zulkarnaen
dan Timur Lenk.
Di tengah-temgah daerah India terdapat pegunungan Windya. Pegunungan ini
membagi India menjadi dua bagian : India utara dan India selatan.
Pada daerah India bagian utara mengalir mengalir sungai Shindu (Indus),
Gangga, Ymuna, dan Brahmaputera. Daerah itu merupakan daerah subur sehingga
sangat padat penduduknya.
India bagian selatan sangat berbeda keadaannya dengan India bagian utara.
Daerahnya terdiridari bekit-bukit dan gunung-gunung yang kering dan tandus.
Dataran tinggi di daerah India bagian selatan diberi nama dataran tinggi
Dekkan. Dataran tinggi Dekkan kurang mendapat hujan sehingga daerahnya terdiri
atas padang rumput savanna yang amat luas.
2. Peradaban Lembah
Sungai Shindu
a. Pusat Peradaban
Kota Mohenjo-Daro diperkirakan sebagai ibu kota daerah lembah sungai Shindu
dagian selatan dan kota Harappa sebagai ibu kota lembah sungai Shindu bagian
utara. Keduanya merupakan pusat peradaban bangsa India pada masa lampau.
b. Tata Kota
Pembangunan kota Mohenjo-daro dan Harappa didasarkan atas suatu perencanaan
tata kota yang pasti dan teratur baik. Jalan-jalan didalam kota sudah tertur
dan lurus-lurus dengan lebarnya mencapai sekitar 10 m dan disebelah kanan-kiri
jalan terdapat trotoar dengan lebar setengah meter. Gedung-gedung dan rumah
tinggal setra pertokoan dibangun secara teratur dan berdiri kokoh. Gedung-gedung,
dan rumah tinggal dan pertokoan itu sudah terbuat dari batu bata lumpur.
Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok. Masing-masing bagian
atau blok berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang. Tiap-tiap blok
dibagi oleh lorong-loronr yang satu sama lainnya saling berpotongan. Dan juga
dibangun gedung-gedung sebagai tempat untuk menjalankan pemerintahan.
Lorong-lorong dan jalan-jalan dilengkapi dengan saluran air, sebagai tempat
menyalurkan air dari rumah tangga ke sungai. Saluran-saluran itu dijaga dengan
baik kebersihannya sehingga tetap berfungsi dengan baik.
c. Sanitasi (kesehatan)
Cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan factor-faktor
kesehatan dan kebersihan lingkunga. Kamar-kamar dilenkapi dengan jendela-jeldela
yang lebar dan berhubungan langsung dengan udara bebas, sehingga perputaran dan
pergantian udara cukup lancar. Disamping itu, saluran pembuangan limbah dari
kamar mandi dan jamban yang ada didalam rumah dihubungkan langsung dengan
jaringan saluran umum yang dibangun dan mengalir dibawah jalan, dimana pada
setiap lorong terdapat saluran air menu ke sungai.
d. Sistem Pertanian dan
Pengairan
Daerah-daerah yang berada disepanjang lembah sungai Shindu merupakan
daera-daerah yang subur. Disepanjang lembah sungai Shindu itu, masyarakat
mengusahakan pertanian, sehingga pertanian menjadi mata pencaharian untuk
masyarakat india. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil
menyalurkan air yang mengalir di lembah sungai Shindu sampai jauh kedaerah pedalam.
Usaha ini dilakukan dengan membuat saluran-saluran irigasi dan mulai membangun
daerah pertanian di wilayah pedalaman.
Pembuatan saluaran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian
menunjukan bahwa masyarakat lembah sungai Shindu telah memiliki tingkat
peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang utama adalah : padi, gandum,
gula, jelai, kapas dan teh.
e. Teknologi
Mereka telah mampu membuat barang-barang terbuat dari emas dan perak,
alat-alat rumah tangga, alat-alat pertanian, kain dari kapas, serta
bangunan-bangunan. Kemampuan ini dapat diketahui melaui peninggalan-peninggalan
budaya yang temukan, seperti banguanan kota Mahenjo-daro dan Harappa, berbagai
macam patung, pehiasan emas perak, dan berbagai macam materai dengan lukisannya
yang bermutu tinggi.
Juga ditemukan alat-alat peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah.
Disamping itu, ditemukan alat-alat peninggalan budaya berupa barang-barang dari
tanah liat, terutama peralatan rumah tangga Perekonomian
Masyarakat lembah sungai Shindu sudah mengadaka hubungan dagang dengan
bangsa Sumeria dan Mesopotania dan bangsa-bangsa dari negeri-negeri lainnya.
Hal itu dibuktikan dengan penemuan benda-benda dari lembah sungai Shindu di
Sumeria.
Kota Sutkagedon memainkan peranan penting dalam perdagangan antara lembah
sungai Shindu dan bangsa Sumeria. Kota Sutkagedon merupakan pembatasan yang
terlatak di Balukhistan. Perdagangan Sumeria melalui Sutkagedon dapat
dilaksanakan dengan dua cara. Pertama, dengan jalan laut dapat dibuktikan
melalui sebuah material dan pecahan benda-benda yang memuat gambar perahu layar. Kedua, dengan jalan darat yang
dilaksanakan baik dengan mempergunakan tenaga kuda maupun unta. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya terracotta(tanah
liat yang dibakar) kereta kecil.
f. Pemerintahan
Candragupta Maurya Candragupta Maurya menjadi raja
pertama Kerajaan Maurya. Pada masa pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan
Maurya diperluas kea rah timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian
utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah kerajaan
Maurya sudah mencapai daerah yang sangat luas, yaitu daearah Kashmir disebelah
barat dan lembah sungai Gangga disebelah timur.
Ashoka Pada masa pemerintahan Ashoka
(268-232SM) cucu Candragupta Maurya, kerajaan Maurya mengalami masa yang
gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasai. Namun, setelah ia menyaksikan
korban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan. Sejak
saat itu, ia tidak lagi melakukan peperangan, bahkan ia mencita-citakan
perdamaiandan kebahagiaan umat manusia.
g. Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat lembah sungai Shindu bersifat polytheisme (memuja
banyak dewa). Dewa-dewa yang dipujanya seperti dewa bertanduk besar, dan dewa
perempuan yang melambangkan kemakmuran serta kesuburan (dewi ibu).
Masyarakat lembah sungai Shindu juga menyembah binatang-binatang seperti
buaya, gajah dan lain-lain, serta menyembah pohon seperti pohon papal
(beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih terhadap
kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian.
h. Peninggalan Budaya
Dari hasil penggalian di kota Harappa ditemukan beberapa arca yang masih
sempurna bentuknya dan dua buah torso (arca yang telah hilang kepalanya). Salah
satu torso mula-mula bertangan empat dan berkepala tiga. Berdiri diatas kaki
kanan dengan kaki kiri terangkat. (patung ini mirip dengan patung siwa Nataraya
dari zaman kesenian Cola, India Selatan)
Arca Di kota Mohenjo-daro ditemukan
arca seorang pendeta berjanggut. Arca ini memakai pita yang melingkari
kepalanya dan berpakaian baju yang berhiaskan gambar-gambar yang menyerupai
daun semaggi. Hiasan dengan daun semanggi juga lazim dipakai di daerah
Mesopotamia, Mesir, dan Kreta. Arca yang lain ditemukan berbentuk gadis penari
yang terbuat dari perunggu
Alat-alat rumah tangga dan senjata Masyarakat lembah sungai Shindu telah mengenal teknik perundagian.
Peralatan-peralatan rumah tangga dan senjata telah
tebuat dari benda-benda logam seperti
perunggu.
Pengetahuan teknik perundagian ini tidak dikenal oleh setiap orang sehingga
mendapatkan benda-benda tersebut muncul system ekonomi.
3. Peradaban Lembah
Sungai Gangga
a. Pusat Peradaban
Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Sungai itu bermata air di Pegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi, Agra,
Allahabad, Patna, Benares, melalui wilayah Bangladesh dan beruaram di
teluk Benggala. Sungai Gangga bertemu dengan sungai Kwen Lun. Dengan keadaan
alam seperti ini tidak heran bila Lembah Sungai Gangga sangat subur.
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aira yang temasuk
bangsa Indo
German. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan
menyebar ke arah timur. Bangsa Aria memasuki wilayah India antara tahun
2000-1500 SM, melalui celah Kaiber di pegunungan Himalaya. Mereka adalah bangsa
peternak dengan kehidupannya terus mengembara. Tetapi setelah berhasil
mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Shindu dan menguasai daerah yang
subur, mereka akhirnya bercocok tanam dan hidup menetap.
Selanjutnya mereka menduduki Lembah Sungai Gangga
dan terus mengembangkan kebudayaannya.Kebudayaan Lembah Sungai Gangga merupakan
kebudayaan campuaran antara kebudayaan bangsa Aira dengan bangsa Dravida.
Kebudayaan campuan itu lebih dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu.campuran
kebudayaan ini membentuk sebuah agam besar, yang juga dinamakan Hindu.
Peraaban Lembah Sungai Gangga meninggalkan jejak yang sangat penting dalam
sejarah umat manusia kini. Di tempat ini muncul dua agama besar di dunia, yaitu
agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu muncul lebih dahulu daripada agama Buddha.
Peradaban dan kehidupan bangsa Hindu tersebut tercantum dalam kitab suci agama
Hindu, yaitu kitab Weda, Brahmana, dan Upanisad. Agam Hindu merupakan
perwujutan dari system kepercayaan peradaban bangsa Hindu. Sungai Gangga
diamggap sebagai tempat keramat dan suci bagi penganut Hindu India, airnya
dianggap dapat menyucikan diri manusia dan menghapus semua dosanya.
Sementara itu, agam Buddha lahir sebagi bentuk reaksi beberapa golongan
atas ajaran kaum Brahmana. Golongan ini dipimpin oleh Siddharta Gautama. Ia
adalah seorang putra mahkota kerajaan Kapilawastu yang meninggalkan hidup penuh
kemewaha dan menempuh jalan kesederhanaan untuk menghindari penderitaan.
Setelah sekian lama pencarian dengan jalan bertapa, akhirnya Siddharta mendapat
sinar terang menjadisang Buddha yang berarti “yang disinari”. Lambat laun agam
Buddha mulai diterima masyarakata india dan menyebar ke berbagai belahan dunia.
Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, kedua agam ini memiliki pengaruh yang
cukup besar dalam perkembangan sejarah dan budaya Indonesia di masa awal.
Pada dasarnya peradaban dan kehidupan bangsa Hindu telah tercantum dalam
kitab suci Weda (Weda berarti pengetahuan), juga dalam kitab Brahmana dari
Upanisad. Ketiga kitab itu menjadi dasar kehidupan orang-orang Hindu.
Kitab suci Weda merupakan kumpulan dari hasil pemikiran para pendeta (Resi). Pemikiran-pemikiran para pendeta (Resi) itu dibukukan oleh Resi Wiyasa.
Empat bagian Kitab Weda
Kitab suci Weda merupakan kumpulan dari hasil pemikiran para pendeta (Resi). Pemikiran-pemikiran para pendeta (Resi) itu dibukukan oleh Resi Wiyasa.
Empat bagian Kitab Weda
· Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa.
· Sama-Weda, memuat nyanyian-nyanyian yang dipergunakan untuk memuja dewa-dewa.
· Yayur-Weda, memuat bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan.
· Atharwa-Weda, memuat ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya.
· Sama-Weda, memuat nyanyian-nyanyian yang dipergunakan untuk memuja dewa-dewa.
· Yayur-Weda, memuat bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan.
· Atharwa-Weda, memuat ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya.
Keempat buku itu ditulis pada tahun 550 SM dalam bahasa Sansekerta.
Ajaran agama Hindu memuja banyak dewa (polytheisme). Dewa utama yang dipuja dalam agama Hindu adalah Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara atau pelindung, Dewa Siwa sebaga pelebur (pembinasa/penghancur). Di samping itu, juga dipuja dewa-dewa seperti Dewi Saraswati (Dewi Kesenian), Dewi Sri (Dewi Kesuburan), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain-lain.
Ajaran agama Hindu memuja banyak dewa (polytheisme). Dewa utama yang dipuja dalam agama Hindu adalah Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara atau pelindung, Dewa Siwa sebaga pelebur (pembinasa/penghancur). Di samping itu, juga dipuja dewa-dewa seperti Dewi Saraswati (Dewi Kesenian), Dewi Sri (Dewi Kesuburan), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain-lain.
Umat Hindu yang ada di India berjiarah ke tempat-tempat suci seperti kota
Benares, yaitu sebuah kota yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa
Siwa.
Sungai Gangga juga dianggap keramat dan suci oleh umat Hindu. Menurut kepercayaan umat Hindu India, “air Sungai Gangga” dapat menyucikan diri manusia dan menghapus segala dosa.
Agama Budha muncul ketika beberapa golongan menolak dan menentang pendapat kaum Brahmana. Golongan ini dipimpin oleh Sidharta Gautama (531 SM).
Sungai Gangga juga dianggap keramat dan suci oleh umat Hindu. Menurut kepercayaan umat Hindu India, “air Sungai Gangga” dapat menyucikan diri manusia dan menghapus segala dosa.
Agama Budha muncul ketika beberapa golongan menolak dan menentang pendapat kaum Brahmana. Golongan ini dipimpin oleh Sidharta Gautama (531 SM).
Sidharta Gautama adalah putera mahkota dari kerajaan Kapilawastu (Suku
Sakia). Ia termasuk kasta Ksatria. Setelah kurang lebih tujuh tahun mengalami
berbagai cobaan berat, penyesalan dan penderitaan, akhirnya ia mendapatkan
sinar terang di hati sanubarinya dan menjadilah Sidharta Gautama Sang Budha
(artinya Yang Disinari).
Pertama kali Sang Budha berkotbah di Taman Rusa (Benares). Agama Budha tidak mengakui kesucian kitab-kitab Weda dan tidak mengakui aturan pembagian kasta di dalam masyarakat. Oleh karena itu ajaran agama Budha sangat menarik bagi golongan kasta rendah. Kitab suci agama Budha bernama Tripitaka (Tipitaka).
Pertama kali Sang Budha berkotbah di Taman Rusa (Benares). Agama Budha tidak mengakui kesucian kitab-kitab Weda dan tidak mengakui aturan pembagian kasta di dalam masyarakat. Oleh karena itu ajaran agama Budha sangat menarik bagi golongan kasta rendah. Kitab suci agama Budha bernama Tripitaka (Tipitaka).
b. Pemerinthan
Setelah runtuhnya kerajaan Maurya, keadaan menjadi kacau akibat terjadinya
peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingi berkuasa. Keadaan ini baru
dapat diamankan kembali setelah munculnya kerjaan Gupta.
Kerajaan Gupta Kerajaan Gupta didirikan oleh Raja
Candragupta I (320-330 M) dengan pusatnya dilembah sungai gangga. Pada masa
pemerintahannya agama Hindu dijadikan agama Negara, tetapi agam Buddha tetap
dapat berkembang.
Kerajaan Gupta mencapai masa yang paling gemilang ketika Raja Samudra Gupta
(cucu
Candragupta I) berkuasa. Seluruh lembah
sungai Gangga dan sungai Shindu berhasil dikuasainya. Ia menetapkan kota
Ayodhia sebagai ibu kota Kerajaanya. Raja Samudragupta kemudian digantikan oleh
anaknya yang bernama Candragupta II (375-415 M). Candragupta II terkenal dengan
WIkramaditinya. Seperti Raja Gupta lainnya ia beragama Hindu. Namun ia tidak
mempersulit dan tidak memendang rendah agama hindu. Bahkan pada masa
pemerintahannya berdiri universitas Gupta sebagai perguruan tinggai agam Buddha
di Nalanda.
Dibawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat mekmur dan sejahtera,
banyak gedung indah didirikan. Perdagangan dan pelayaran makin maju. Kesenian,
ilmu pengetahuan, dan pendidikan berkembang pesat. Kesusastraan mengalami masa
yang gemilang, bahkan pada masa ini terkenal seorang pujangga yang bernama
Kalidasa dengan karangannya berjudul Syakuntala. Dengan meninggalnya raja
Candragupta II, kerajaan Gupta mulai mundur. Hamper dua abad india mengalai
masa kegelapan dan baru pada abad ke tujuh M tampil seorang raja kuat yang
bernama Harshawardana.
Kerajaan Harsha Ibukota kerajaan Harsha adalah
Kanay. Raja yang bernama Harshawardana adalah seorang pujangga besar. Pada
zamannya kesusastraan dan pendidikan berkembang pesat. Pada mulanya raja Harsha
memeluk agama Hindu, tapi kemudia memeluk agam Buddha.
Setelah masa pemerintahan Raja Harsahawardan hingga abad ke-11 M tidak
pernah diketahui adanya raja-raja yang kerkuasa. India mengalami masa-masa
kegelapan.
c. Bentuk Kebudayaan
Lembah Sungai Gangga
Perkembangan kebudayaan masyarakat lembah sungai Gangga mengalami banyak
kemajuan pada bidang kesenian. Kesusastraannya, seni pahat dan seni patung
berkembang pesat. Kuil-kuil yang indah dari Syanta dibangun.
Daerah-daerah yang diduduki oleh bangsa Indo-arya sering disebut dengan
Arya Varta (Negeri Bangsa Arya) atau Hindustan (tanah milik Hindu). Bangsa
Dravida mengungsi ke daerah selatan, kebudayaannya kemudian dikenal denga
kebudayaan Dravida.